Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Jaman keemasan Islam yang berlangsung selama periode
Abbasiyah di Baghdad (750 -1258) dan Bani Umaiyyah di Spanyol (755-1492),
tinggal kenangan belaka.
"Pada jaman orang-orang Eropa masih menyelam dalam
kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua kota raksasa Islam telah
menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya gilang
gemilangnya." demikian kata Dr. Gustave Le Bone.
Dalam permulaan abad pertengahan tak satu bangsapun
yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia selain dari bangsa
Arab. Mahasiswa2 Arab sudah asyik mempelajari Aristoteles tatkala Karel Agung
bersama pembesar2 nya masih asyik belajar menulis namanya. Disekitar abad X,
Cordova adalah kota kebudayaan yang ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan
Baghdad merupakan kota-kota pusat kebudayaan didunia.
Demikianlah sekilas pandangan bila kita mempercayai
sejarah jaman keemasan Islam dimasa lampau. Ataukah sejarah tersebut telah
mendustai kita ?
Kepada mereka yang menjadi pekerjaannya silahkan
mengadakan penelitian kembali, dan kepada mereka yang mempercayai catatan
sejarah itu bangga dan bergembira hatilah. Lalu bertanyalah: Kenapa sedemikian
mengagumkannya Islam dimasa itu ? Dan kenapa golongan Islam sekarang ini bisa
dipecundangi oleh golongan lain sedemikian hinanya ? Sekian banyak lagi
pertanyaan kita ajukan, tetapi kepada siapa ?
Barangkali belum pernah Islam menghadapi bencana yang
lebih besar dari apa yang mereka hadapi pada dewasa ini. Begitu besar tantangan
yang yang harus dihadapinya sehingga dia dipaksa "menyerah kalah" kepada "Tuhan
dunia" yang baru.
*Tuhan dunia yang baru itu tak lain daripada kaum
Imperialisme, Materialisme, kelompok Eksistensialis, Orientalis dan Atheis plus
Skeptik. Manusia tidak lagi percaya bahwa Tuhan adalah penyelamat bumi dan
langit yang Maha Sempurna bahkan sebagian besar orang Islam sendiri sudah tidak
pula mempercayai-Nya.
Mereka mencari ide-ide baru dalam rangka menyusun
sistem kenegaraan yang mereka pikir sangat ideal. Mereka menggali pula
"pendapat" baru untuk menata masyarakat. Dan semua golongan itu mereka temukan
dalam kepada golongan yang telah disebutkan diatas (*). Lalu mereka memuja isi
kepala (otak) penemu-penemu ide baru itu dan mereka pikir dengan demikian mereka
telah menemukan tatanan baru.
Satu pertanyaan:
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?
Bukan masyarakat ideal yang mereka temui tetapi malah
keadaan masyarakat yang kacau balau !
Diluar kawasan Islam telah terjadi konfrontasi antara
ilmu dengan agama. Hal itu terjadi dalam jaman tengah dibarat. Setiap keterangan
ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera dibatalkan oleh Kepala Gereja.
Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholas Copernicus
(1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman purba yang
mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana
ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi yang berputar
dan mengedari matahari.
Galileo Gelilei yang membela teori tersebut pada tahun
1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut kembali teori tersebut
oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh gereja Katolik Roma yang
menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan
tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan
ilmu.
Dari keadaan demikian terjadilah berbagai pemberontakan
dari dalam.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.
Pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada
Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja Katolik Roma secara resmi
mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes
Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.
Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima
hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun
sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan,
anggota Inkuisisi tang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka
menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada
ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.
"Kesalahan ini harus diakui secara jantan sebagaimana
yang Bapa Suci minta", demikian kata ketua Komisi Kardinal Paul Poupard pada
Paus Paulus dalam suatu upacara.
Paulus Yohanes dan beberapa pendahulunya mengakui bahwa
gereja melakukan kesalahan, tapi para ilmuwan mengkritik Vatican karena tidak
bergerak cepat untuk meluruskan masalah itu secara resmi.
Jauh sebelum Paus Yohanes Paulus II merehabilitasi
Galileo, Napoleon Bonaparte seorang tokoh besar Prancis pernah menyatakan
mengenai ketidak seimbangan antara iman dan akal yang telah diterapkan dalam
Bible sehingga dia menjadi murtad dari agamanya tersebut dan beralih kepada
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membuka diri terhadap
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai salah satu sarana dalam
pencapaian kepada Tuhan.
Selanjutnya perkembangan berpikir semakin pesat dan
ilmu pengetahuan pun semakin berkembang dan melahirkan pendapat bahwa segala
sesuatu itu dapat dijangkau oleh daya pikir. Segala sesuatu yang tidak masuk
akal adalah nol, tidak ada. Dalam masa itu muncullah Rene Descartes (1598-1650)
tampil kepanggung revolusi.
Hanya buah pikiran yang terang benderang yang dapat
diterima. Dia berpendapat bahwa alam itu berjalan secara mekanis. Descartes juga
berpendapat bahwa hanya akallah yang menjadi sumber pengetahuan.
Begitu juga dalam soal kenegaraan, Machiavelli
(1469-1527) tampil mewakili pendapat baru. Dia mengobarkan pemisahan gereja dan
agama serta kenegaraan harus dipisahkan.
Pada akhirnya tampil pula golongan Materialisme, paham
mana memperkuat barisan anti agama. Golongan Atheisme kemudian mengatakan bahwa
: Tuhan adalah manifestasi dari khayalan manusia, oleh karenanya agama adalah
racun bagi rakyat. Demikianlah kelak yang menjadi doktrin Karl Marx.
Manifestasi atau sebab dari revolusi pikiran itu
kemudian melahirkan berbagai bentuk filsafat dan tatanan masyarakat "dunia baru"
sebagaimana yang nampak dewasa ini. Salah satu yang jelas adalah Imperialisme.
Kemudian terpisahnya agama dari gelanggang politik dan ekonomi. Agama yang
tersebut diatas dianggap "tidak mampu memberikan interpretasi" atas kemajuan
serta pesatnya ilmu (otak) manusia bumi, Dan terakhir tibalah jaman
Individualisme.
Kita dapat menyimpulkan bahwa lahirnya berbagai
golongan yang tersebut (Materialisme, Atheisme, Imperialisme, Individualisme,
Orientalis dsb) adalah karena agama yang mereka anut tidak mampu memecahkan
persoalan yang mereka hadapi sehingga mereka mencari pemecahan sendiri yang
sangat berlawanan dengan agamanya.
Dengan demikian dapatlah kita menilai sampai dimana
kebenaran agama tersebut. Sebagai agama, dia ditantang oleh para manusia
penganutnya. Jadi, pemeluknya lebih pandai dari ajaran agama itu sendiri.
Dan ternyata pula kemudian bahwa penemuan-penemuan yang
diperoleh oleh ahli pikir tadi tidak pernah terpikir atau terdapat dalam kitab
suci agama mereka! Bagaimanakah suatu kitab suci dapat membela dirinya dari
kasus seperti itu ?
Itulah salah satu penyebab mengapa Karl Marx berkata :
"Religion is the sigh of the oppressed creature the heart of heartless world,
just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the
people".
Dalam hal ini ... siapakah diantaranya yang salah
?
Marx atau agama ?
Marx atau agama ?
Kiranya semua orang berpendapat bahwa agama harus mampu
menjawab dengan benar setiap pertanyaan dan masalah manusia sampai tuntas
sehingga manusia puas atas kebenarannya. Jika agama tersebut tidak kuasa
menjawab dengan benar, maka berarti dia berasal dari Tuhan yang lebih bodoh dari
manusia.
Pengertian harakah (gerakan) dalam Islam berbeda dengan
apa yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya. Pengertian ini timbul
sebagai asas dari keselarasan antara pasangan-pasangan Material dan Immaterial,
fisika dan metafisika, bumi dan langit, ilmu dan iman, manusia dan Allah, panas
dan dingin serta lain sebagainya yang meletakkan pada dasar keseimbangan.
Hilangnya salah satu ujung dari ujung-ujung
perseimbangan ini akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk bergerak dan
menyebar.
Disini celah-celah pembicaraan mengenai pendirian dari
Sains, tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu kerapatan
hubungan antara Islam dan hakikat Sains serta sumbangsihnya.
Namun ini tidak menghalang-halangi kita untuk memandang
bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat Qur'aniah yang bersumber dari
Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara metaphoris atau figuratif- hakikat ilmiah
yang bersumber dari manusia karena disana ada garis pemisah dilihat dari segi
berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang terbentang diantara
ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).
Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian pemberiannya
dalam Islam berisi hakikat -hakikat dan penyerahan-penyerahan yang mutlak.
Sesuatu yang batil tidak datang dari depannya dan tidak pula dari belakangnya,
yaitu ketika pemberian-pemberian ilmu Basyari menjadi tertahan oleh
relativitasnya, kekacauannya dan perubahannya.
Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final. Para ilmuwan
sendiri -setelah melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya- berkesudahan
sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains hanyalah
kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang tepat, dan
penyingkapan-penyingkapannya adalah penyifatan bagi yang tampak, bukan
interpretasi baginya.
Allah Swt mengajarkan kepada manusia melalui Rasul-Nya,
bahwa isi AlQur'an itu tidak lain dari fitrah manusia, petunjuk bagi manusia
untuk mengenal dirinya dan lingkungannya.
Sayangnya umat Islam selama ini cenderung lari dan
mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur'an itu sendiri. Kaum muslimin
tidak lebih mengerti AlQur'an ketimbang orang diluar Islam sendiri. Agama Islam
menjadi asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang pernah disabdakan
oleh Rasulullah dalam berbagai Hadist Shahih.
Allah telah menentukan bahwa kesadaran manusia
datangnya berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan peradaban yang Dia
tetapkan lebih dahulu.
AlQur'an juga mengajarkan bahwa tiada iman yang tidak
diuji, karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai ujian Allah
yang sangat berat sekalipun. AlQur'an juga mengajarkan bahwa ia merupakan
petunjuk yang sebaik -baiknya untuk membina kehidupan umat, itulah kewajiban
kaum Muslimin untuk membuktikan kebenarannya !
Bukan kewajiban Allah untuk membuktikan kebenaran
firmanNya ! Sebab firman itu benar dengan sendirinya.
Dengan modal kejujuran, kita bisa membaca sikap kita
selama ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan kebenaran firmanNya !
Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah !
Coba anda belajar pada orang Jepang tentang ilmu
membuat mobil dan orang Jepang akan memberikan buku serta rumus-rumusnya.
Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu
yang anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang membangun
industri mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka itu, serta bukan pula dengan
jalan hanya menghapalkan dengan melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu semata
dengan harapan anda akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba
anda bisa menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim !
Begitulah AlQur'an, sebagai satu sarana untuk
menghadapi ujian Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar, berjuang
dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat itu. Memang tidak
mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci dalam AlQur'an, karena AlQur'an
sendiri sudah mengkiaskan bahwa ilmu Allah itu tidak bisa dituliskan dengan
tinta sebanyak air dilautan sekalipun.
AlQur'an hanyalah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa
Ilmu Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri manusia itu sendiri.
Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan otak, perasaan dan logika
pengetahuan. Bukan sekedar menagih kepada Allah untuk merealisasikan janjiNya !
Islam terlahir "TIDAK dengan bermahdzab", Islam adalah
satu.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i.
Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe'i.
Bahkan 'Islam Muhammad' pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.
Seluruh umat Islam bertanggung jawab untuk menyampaikan
dan menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan, kecuali perbedaan kadar
dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. Dan tidak ada seorangpun yang
memperoleh izin khusus, sekalipun dia memiliki kemampuan dan pengakuan yang
tertinggi dalam bertabligh untuk dapat menghalalkan yang diharamkan Allah, atau
mengharamkan yang telah dihalalkanNya.
Kondisi umat Islam secara konvensional sekarang ini
telah menunjukkan umat yang terbelakang, cara berpikir yang tidak strategis
tetapi taktis, tidak mengambil prakarsa atau defensif, terbawa inisiatif
kebudayaan dan apologetis yang menyebabkan umat Islam berada diluar garis
perjuangan.
Dalam hal pentafsiran kitabullah, memahami isi
kandungannya, umat Islam tidak bisa terpaku hanya kepada
penafsiran/penterjemahan serta logika orang-orang terdahulu yang yang sudah
pernah ada semata, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian
serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan banyak pula
istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat, menganalisanya
dengan Ilmu pengetahuan sekaligus memahaminya secara baik.
Setiap orang boleh mengungkapkan makna kitab suci
AlQur'an. Karenanya penafsiran AlQur'an bukan monopoli para imam dan mudjtahid
(pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).
Islam bukanlah agama yang penuh misteri, begitupun
AlQur'an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok
jemaah tertentu.
Rasulullah Muhammad Saw tidak meninggalkan dunia yang
fana ini kecuali setelah ia menyampaikan amanat dan menunaikan risalahnya.
Rasulullah kemudian meminta para pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya untuk
menyebarluaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi yang telah mereka peroleh
darinya.
Manusia dianjurkan oleh Allah melalui Dienul Islam
supaya berpikir dan merenungkan kekuasaan serta memperhatikan alam ciptaan-Nya.
Karena berpikir adalah merupakan salah satu dari fungsinya akal yang dimiliki
oleh manusia. Jika akal tidak berfungsi, maka manusia telah kehilangan milik
satu-satunya yang menjadikannya makhluk utama dan istimewa diatas bumi dan tidak
dapat lagi berperan dalam kehidupan selaku manusia yang berpredikat
Khalifatullah fil ardl.
Para cendikiawan telah sepakat bahwa pikiran yang bebas
dan akal yang kreatif adalah pangkal kemajuan umat manusia, sedangkan pikiran
yang terbelenggu dan akal yang tidak berinisiatif dan hanya pandai meniru serta
bertaqlid buta menjadi penghambat kemajuan individu dan umat.
Oleh sebab itulah Rasulullah Saw mengisyaratkan kepada
umatnya tentang fungsi dan kegunaan akal yang sebenarnya agar manusia tidak
salah menempatkan derajat kemanusiaannya.
Dalam salah satu Hadistnya, Rasulullah Saw bersabda:
Bahwa akal itu terbagi dalam tiga bagian/fungsi. Sebagian untuk Ma'rifatullah,
sebagian untuk Tha'tullah dan sebagian lagi untuk Ma'siatillah.
Golongan Materialis dan sejenisnya menyimpulkan karena
Tuhan itu tidak rasionil dan tidak bisa pula dibuktikan secara laboratories maka
Tuhan itu tidak ada ! Mereka hanya bisa mempercayai sesuatu kalau ada buktinya,
ada barangnya.
Manusia dapat mempercayai atom dan pecahannya karena ia
dapat dibuktikan lewat laboratorium. Begitu halnya gelombang.
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?
Emmanuel Kant (1724-1804) seorang filusuf besar Jerman
yang masih besar pengaruhnya sampai sekarang dalam berbagai lapangan hidup pada
jaman Rasionalisme abad ke-18 semboyannya ialah "Sapere Aude" => Beranikan
mengunakan akalmu !
Namun dalam bukunya Kritik der theoritiche vernunft
ditandaskan bahwa penyelidikan dengan akal benar dapat memberikan suatu
pengetahuan tentang dunia yang nampak itu, akan tetapi akal sendiri tidak
sanggup memberikan kepastian -kepastian dan bahwa berkenaan dengan
pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang Tuhan, manusia, dunia dan akhirat akal
manusia tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian melainkan hidup dalam
pengandaian-pengandaian beragam postulat.
E. Kant yang raksasa ahli pikir itu insyaf bahwa
hakekat itu tidak dapat dicapai dengan akal yang terbatas ini. Baru akan bertemu
bila akal dipisahkan dari diri dan dijadikan orang ketiga untuk mempertemukan si
aku dan si dia, padahal itu mustahil.
Untuk mengenal Allah, maka jalan satu-satunya ialah
memikirkan, merenungkan dan menyelidiki makhluk ciptaan-Nya disamping mengenal
sifat-sifatNya yang dapat dijadikan pegangan dan sekaligus akan melahirkan sifat
atau sikap yang terpuji bagi seseorang.
Tanyakanlah pada diri anda sendiri "Mengapa bumi dan
langit bisa sehebat ini, bagaimana
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?".
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?".
Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering
membuat mereka cepat lari pada "sesembahan" mereka setiap ada fenomena yang tak
bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan
alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu
memberikan jawaban, mengapa semua bisa terjadi.
Ilmu alam yang pokok penyelidikannya materi, tak mampu
mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi tidak melekat pada
materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski beberapa saat
setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi
keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad
itu mulai membusuk.
Bila di masa lalu, orang mengembalikan setiap fenomena
alam pada suatu "sesembahan" (petir pada dewa petir, matahari pada dewa
matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu
fikiran, bahwa pasti ada "sesuatu" yang di belakang itu semua, "sesuatu" yang di
belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, "sesuatu" yang di belakang
semua hukum alam.
Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat
Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam
ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka
manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan
adalah tak terhingga (infinity).
Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit
dari "jejak-jejak" eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan
sesuatu yang di luar "perspektif" kita.
Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan
atau "memperkenalkan" diri -Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal
Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang "disapa" Tuhan untuk dirinya sendiri,
namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena
kebanyakan manusia memang tidak siap untuk "disapa" oleh Tuhan.
Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi
dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari tanda-tanda itulah
manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan
hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari sekedar mengamati alam
semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah
tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.
Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum
kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja.
Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, tentunya ia telah menguji
avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada
laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang
sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu.
Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang
astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang
geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri
ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi
ke zaman purba.
Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut "iman".
Sebenarnya tak ada bedanya, antara "iman" pada autentitas tanda-tanda utusan
Tuhan, dengan "iman"-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa
diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil
sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi
tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa dipercaya.
Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentis bila
menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh kehendak
penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan tadi tidak
tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak
mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!
Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir sedang
jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli sihir,
justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya karena
ijin Tuhan semata.
Demikian juga Nabi Isa, seperti yang tercantum dalam
St. John 7:16-17 :
"Jesus answered them, and said, My doctrine is not
mine, but His that sent me. If any man will do his will, he shall know of the
doctrine, wheter it be of God, or whether I speak of my self."
Nabi Muhammad Saw datang membekal AlQur'an sebagai
mukjizat terbesarnya sepanjang sejarah peradaban yang dipenuhi dengan berbagai
kandungan ilmu pengetahuan baik agama/KeTuhanan maupun sisi ilmiah yang beberapa
diantaranya baru ditemukan kebenarannya oleh para ahli diabad ke-20.
Tapi Rasulullah Saw tidak mengklaim bahwa itu semua
hasil karyanya sendiri, melainkan dia mengatakan bahwa itu semua dari Tuhan
sesuai dengan pesan Nabi Isa Almasih didalam Bible yang beredar sekarang.
How beit when he, the 'spirit of truth' is come, he
will guide you into all truth; for He shall not speak of himself, but
whatsoever he shall hear, that shall he speak, and he will show you things to
come."
(St. John 16:14)
(St. John 16:14)
Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara
Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan
tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi
penjelasan". (QS. 46:9)
Secara apriori mengasosiasikan Qur'an dengan Sains
modern adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan
hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara keduanya. Bukankah untuk
menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tidak ada
hubungannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang paradoks
bagi kebanyakan orang pada jaman ini ?
Sesungguhnya orang yang membaca AlQur'an secara teliti
dalam upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap Sains, ia akan mendapatkan
sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang menurut empat bagian yang semua
aspeknya mengarah kepada masalah ilmiah.
-
Masalah-masalah yang berkaitan dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui dengan filsafat Sains dan teori makrifat.
-
Metode pengungkapan tentang hakikat-hakikat ilmiah yang bermacam-macam.
-
Menampakkan sekumpulan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika, geographi dan ilmu hayat.
-
Menghimbau manusia agar mempergunakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan tersebut.
Semua ayat AlQur'an itu diturunkan mengandung hal-hal
yang logis, dapat dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur'an itu dijadikan mudah
agar dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau
memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQur'an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?"
(QS. 54:17)
(QS. 54:17)
"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada
mereka, Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang -orang yang beriman."
(QS. 7:52)
(QS. 7:52)
Namun meskipun demikian, Allah juga memberikan
"permainan dinamis dan elastis" didalam memahami ayat-ayatNya.
Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur'an
terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat.
"Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur'an) kepada kamu.
Di antaranya ada ayat -ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi AlQur'an, dan
yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal
tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya akan berkata: "Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu
dari sisi Tuhan kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang
mau memikirkan." (QS. 3:7)
Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah
dimengerti yang terdapat didalam AlQur'an, termasuk didalamnya masalah
halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana ayat-ayat
tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.
Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah
dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang mesti
diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat
pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah dapat
diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia, disitulah
letak fungsinya Akal manusia sebagai suatu fitrah yang tidak ternilai harganya.
Seandainya AlQur'an itu seluruhnya Muhkamat, pastilah
akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga sebagai usaha untuk
memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk merubahnya. Berpegang pada
ayat Mustasyabihat saja dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan
fitnah dikalangan umat.
Juga seandainya AlQur'an itu seluruhnya Mutasyabihat
pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi umat
manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan sandaran bagi
bangunan akidah yang benar.
Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah
menjadikan sebagian Tasyabuh dan sisanya Mustayabihat sebagai batu ujian bagi
para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar dan siapa pula yang
didalam hatinya condong pada kesesatan.
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman :
"(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 3:138)
"(AlQur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 3:138)
Bahwa AlQur'an seharusnya dipandang sebagai sumber dari
segala keilmuan, tidak perlu dipermasalahkan lagi bagi umat Islam. Banyak kaum
intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana penemuan-penemuan ilmiah yang
paling mutakhir sekalipun ada diungkapkan dengan bahasa simbolik atau juga nyata
dalam AlQur'an.
Dalam berbagai tulisan para ahli tafsir modern, akan
dijumpai berbagai keberatan terhadap pendapat dan logika para ahli tafsir
klasik, hal yang sesungguhnya dapat memperkaya pendapat yang telah ada dan
menjadikannya satu kesatuan didalam memfungsikan elastisitas dan dinamisitas
Qur'an untuk seluruh tingkatan manusia.
Ketika membaca tafsir Qur'an Nazwar Syamsu berikut
buku-buku tulisannya misalnya, kita akan dibuat berdecak kagum betapa indah dan
luar biasanya AlQur'an itu mengungkapkan teka-teki langit dan bumi hingga pada
makna Haji dan Sa'i yang nyatanya telah menjadikan Nazwar Syamsu seorang yang
kontroversial dan mendapat celaan, olok-olokan sampai pada diberlakukannya
pelarangan beredarnya tulisan -tulisan beliau dibumi Indonesia.
Padahal hampir semua orang tahu bahwa AlQur'an
berbicara mengenai Astronomi ketika dia berhadapan dengan para ahli Astronom,
AlQur'an akan berbicara masalah penyakit dan obatnya ketika dia berhadapan
dengan seorang dokter ahli, AlQur'an juga berbicara masalah sosial-politik
ketika dia berhadapan dengan para politikus, AlQur'an berbicara pun berbicara
tentang hidup dan kehidupan untuk para pengembara dan pencari kebenaran serta
AlQur'an akan berbicara tentang perbandingan agama ketika dia dihadapkan dengan
para Kristolog dan banyak lagi lainnya yang kesemuanya itu disesuaikan dengan
tingkat pemahaman serta kedudukan masing-masing orang yang tergabung dalam ayat
Mutasyabihat dan Muhkamat.
Hanya saja sayangnya sebagaimana yang pernah kita
singgung pada bagian-bagian terdahulu, umat Islam cenderung lari dan mengingkari
dari agamanya untuk mencari "agama dan Tuhan-tuhan baru" yang dapat memuaskan
hatinya mengikuti generasi -generasi Ahli Kitab yang ada sebelumnya.
Mereka sebenarnya orang-orang yang belum mengerti dan
tidak pernah memahami dengan berbagai kajian mendalam mengenai Islam tapi sudah
terlalu ceroboh untuk melakukan analisis serampangan menuruti kemauan mereka
semata yang dirasakan bahwa tingkat pemahamannya sudah jauh melebihi orang lain.
"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka,
pasti hancurlah langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya
Kami telah mendatangkan kebanggaan untuk mereka namun mereka berpaling dari
kebanggaan tersebut."
(QS. 23:71)
(QS. 23:71)
Sampai disini kita harus membenarkan semua petuah
Qur'an dan beberapa sabda Rasul Muhammad Saw yang menjelaskan fungsi akal dan
keseimbangannya dengan Iman didalam menyelami ajaran Ilahi.
Dimana dalam keseimbangan itu dituntut orang yang
berakal dapat memandang dan menilai sesuatu berdasarkan realita dan keghaiban
berdasarkan Dienul Islam bukan berdasarkan hawa nafsu mereka semata yang
terbatas.
"Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran
kepada kalian tetapi kebanyakan di antara kalian benci kepada kebenaran
itu."
(QS. 43:78)
(QS. 43:78)
"Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,
sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik."
(QS. 6:121)
(QS. 6:121)
Dalam ayat-ayat lainnya Allah juga sudah menyindir
manusia sebagai makhluk yang paling suka membangkang meskipun sudah diberikan
banyak sekali contoh didalam kitab sucinya yang seharusnya dapat membuat manusia
itu berkaca dari sejarah masa lalu.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi
manusia dalam Al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan/contoh. Dan manusia
merupakan makhluk yang paling banyak membantah."
(QS. 18:54)
(QS. 18:54)
Untuk menghadapi orang-orang seperti itu, Allah
memberikan satu petunjuk untuk menghindari perdebatan dan permusuhan semakin
mencuram.
Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: "Allah
lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan".
(QS. 22:68)
(QS. 22:68)
"Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka janganlah kamu
termasuk golongan yang ragu-ragu."
(QS. 2:147)
(QS. 2:147)
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub, dan keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa serta
Nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorangpun di antara mereka
dan kepadaNya lah kami menyerahkan diri". (QS. 3:84)
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar