Ketika Allah berkata: "Hai 'Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu serta akan membersihkan kamu dari mereka yang kafir..."
(Qs. ali-Imran 3:55)
Para mufassir berbeda pendapat mengenai ayat
diatas.
Perbedaan tersebut berawal dari penterjemahan ayat "Tawaffa" (mewafatkanmu)
Makna dari "Tawaffa" adalah "Imatah" (mematikan), dan kematian itu telah terjadi sebelum 'Isa diangkat.
Perbedaan tersebut berawal dari penterjemahan ayat "Tawaffa" (mewafatkanmu)
Makna dari "Tawaffa" adalah "Imatah" (mematikan), dan kematian itu telah terjadi sebelum 'Isa diangkat.
Kata "Tawaffa" tidak menunjukkan waktu tertentu dan
juga tidak menunjukkan bahwa kematian itu telah berlalu, namun Allah Swt
mewafatkannya kapan saja. Yang jelas tidak ada dalil bahwa waktunya telah
berlalu.
Mengenai bersambungnya kata "Mutawafika" dengan kata
"Warofi'uka" tetap tidak menunjukkan satu hubungan yang sifatnya berurutan. Para
ahli bahasa berpendapat bahwa kata sambung /wau/ itu tidak memberi faedah urutan
waktu dan tidak pula Jama' (mengumpulkan) akan tetapi memberi faedah
Tasyrik (keikutsertaan).
Hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang
menyatakan penciptaan langit dan bumi, terdapat beberapa ayat yang menyebutkan
penciptaan bumi lebih dahulu seperti dalam Surah Al Baqarah 29 dan surah Thaha
4. Akan tetapi terdapat lebih banyak ayat2 dimana langit-langit disebutkan
sebelum bumi (Surah Al A'raaf 54, Surah Yunus 3, Surah Hud 7, Surah Al Furqaan
59, Surah As-sajadah 4, Surah Qaf 38, Surah Al Hadied 4, Surah An-Naazi'aat 27
dan Surah As Syams 5 s/d 10).
Jika kita tinggalkan surah An-Naazi'aat, tak ada suatu
paragrafpun dalam Al Quran yang menunjukkan urutan penciptaan secara formal.
Ditinjau secara langsung kedalam bahasa arab yang
terdapat hanya huruf /Wa/ yang artinya "dan" serta fungsinya menghubungkan dua
kalimat. Terdapat juga kata "tsumma" yang berarti "disamping itu" atau "kemudian
dari pada itu". Maka kata tersebut dapat mengandung arti urut-urutan. Yaitu
urutan kejadian atau urutan dalam pemikiran manusia tentang kejadian yang
dihadapi. Tetapi kata tersebut dapat juga berarti menyebutkan beberapa
kejadian-kejadian tetapi tidak memerlukan arti urutan-urutan.
Bagaimanapun periode penciptaan langit-langit dapat
terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi.
Didalam Al Quran, hanya terdapat satu paragraf yang menyebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas, yaitu antara ayat 27 s/d ayat 33 Surah An-Naazi'aat.
Didalam Al Quran, hanya terdapat satu paragraf yang menyebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas, yaitu antara ayat 27 s/d ayat 33 Surah An-Naazi'aat.
"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit itu ? Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap, dan menjadikan siangnya terang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya air, dan tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (Qs. 79:27-33)
Perincian nikmat-nikmat dunia yang Allah berikan kepada
manusia, yang diterangkan dalam bahasa yang cocok bagi petani atau pengembara
(nomad) didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam. Akan
tetapi pembicaraan tentang tahap Tuhan menggelar bumi dan menjadikannya cocok
untuk tanaman, dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah
terlaksana.
Jelas disini bahwa ada dua hal yang dibicarakan:
kelompok kejadian samawi dan kelompok kejadian-kejadian dibumi yang diterangkan
dengan waktu. Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus
sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Tuhan membentuk
langit.
Dapat kita simpulkan bahwa evolusi langit dan bumi
terjadi pada waktu yang sama, dengan kait mengkait antara fenomena-fenomena.
Oleh sebab itu tidak perlu pula kita memberi arti khusus mengenai disebutkannya
kata bumi sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan alam. Tempat
kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan.
Bertolak dari sini, maka ayat yang berbunyi :
Izqolallahu ya'Isa Inni mutawaffika warofi'uka, Artinya
adalah
"Ketika Allah berkata: "Wahai 'Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu, bisa juga bermakna demikian :
"Ketika Allah berkata: "Wahai 'Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu, bisa juga bermakna demikian :
Izqolallahu ya'Isa Inni rofi'uka illa wamutawaffika,
yang artinya menjadi
Ketika Allah berkata: "Hai 'Isa ! Sesungguhnya Akulah yang mengangkatmu kepadaKu dan yang mewafatkanmu.
Ketika Allah berkata: "Hai 'Isa ! Sesungguhnya Akulah yang mengangkatmu kepadaKu dan yang mewafatkanmu.
Selain itu dari kalangan Islam Sunni juga ada pendapat
yang mengatakan bahwa kata "Mutawafa" adalah mati dalam arti tidur untuk
diangkat kelangit, sehingga ayat tersebut bermaknakan "Inni munimuka warofi'uka
Illa" (Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu kepadaKu)
Hal ini juga berdasarkan dalil bahwa didalam AlQur'an
juga terdapat pemutlakan kata wafat untuk makna tidur, seperti dalam firman
Allah :
Wahualladzi yatawaffakum billayli waya'lamuma jarohtum binnahari
Dan Dialah yang memegang/menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari. (Qs. 6:60)Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; lalu ditahanNya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya dan dilepaskanNya yang lain sampai satu masa yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
(Qs. 39:42)Rasulullah ketika bangun tidur mengucapkan:
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia Mematikan kami (artinya, membangunkan kami setelah menidurkan kami) dan hanya kepada Dia saja tempat kembali.(Hr. Bukhari)
Didalam kitab dan sunnah dibenarkan memutlakkan kata
wafat untuk tidur. Jika demikian bisa jadi diangkatnya Nabi Isa putra Maryam itu
dalam keadaan tidur sebagaimana dikatakan oleh Al Hasan Basri.
Penafsiran lainnya lagi dari kalangan Sunni, datang
dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata: Ini termasuk
masalah muqaddam dan muakhkhor atau mendahulukan kata yang datang
belakangan dan mengakhirkan kata yang datang lebih dahulu.
Jadi firman Allah tentang wafatnya Isa itu bisa
diartikan menjadi :
Rofi'uka wamutawaffika
Kami mengangkatmu dan mewafatkanmu
Kami mengangkatmu dan mewafatkanmu
Dia mengangkatmu (kelangit) lalu menurunkanmu (kedunia)
dan mematikanmu sebelum hari kiamat, agar kamu menjadi salah satu tanda hari
kiamat tiba.
Itu adalah pendapat Al Farra' dan Al Zujaj.
Jadi faedah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda hari kiamat sebagai pemberitahuan bahwasanya diangkatnya Isa kelangit itu tidaklah menghalangi kematiannya.
Jadi faedah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda hari kiamat sebagai pemberitahuan bahwasanya diangkatnya Isa kelangit itu tidaklah menghalangi kematiannya.
Selanjutnya penafsiran lain, kata "Mutawwafa" adalah
isim fail (nomina verbal) dari kata kerja "Tawaffahu", sehingga dapat diartikan
"Jika ia menggenggamnya dan menghimpunnya kepadanya".
Ibnu Qutaibah menafsirkan dalam kitab Gharibil
Qur'an bahwa menggenggamnya dari bumi tanpa harus mematikan. Imam Ibnu Jarir
Ath Thabari berkata: Kita sudah ketahui bahwa jika Allah mematikannya, maka
tidak mungkin ia mematikannya sekali lagi lalu mengumpulkannya menjadi dua mayat
Sehingga penafsiran ayat itu menjadi :
Wahai Isa, sesungguhnya Akulah yang menggenggammu dari
bumi dan yang mengangkatmu kepadaKu serta yang mensucikanmu dari orang-orang
kafir yang mengingkari kenabianmu.
Syaikh Muhammad Jamil Zainu, seorang ulama Mekkah dan
merupakan staff pengajar di Daarul Hadis Al Khairyah Mekkah mengatakan bahwa
semua penafsiran tersebut adalah shahih, namun ia sendiri lebih condong kepada
penafsiran yang terakhir, yaitu Yang menggenggam diri Isa dalam keadaan hidup
didunia, bukan dalam keadaan mati dan juga bukan dalam keadaan tidur.
Sementara ayat : Inni mutawaffika warofi'uka Illa
merupakan penjelasan tentang cara wafatnya.
Satu ayat lain yang menjadi perdebatan seru para ulama
didalam Islam dan mengundang pula ikut campurnya kaum-kaum diluar Islam didalam
menafsirkannya adalah :
Wa Immin ahlil kitabi 'ilal layu'minannabih; Qobla mauti wayau mal qiyamah yakunu 'alaihim sahida
Dan tidak ada dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya sebelum matinya. Dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. an-Nisaa' 4:159)
Kata "Qobla Mauti" (sebelum matinya) pada ayat
diatas, itu bisa kita terjemahkan juga sebelum kematian Nabi 'Isa Almasih pada
akhir jaman nanti.
Tentu akan timbul pertanyaan: kenapa demikian
?
Baiklah, bukankah pada pembahasan ayat 157 dan 158 dari surah an-Nisaa', sudah dijelaskan bahwa Nabi 'Isa tidaklah mati dibunuh dan tidak juga disalib oleh orang-orang Yahudi dan Romawi itu, melainkan diangkat kepada-Nya.
Baiklah, bukankah pada pembahasan ayat 157 dan 158 dari surah an-Nisaa', sudah dijelaskan bahwa Nabi 'Isa tidaklah mati dibunuh dan tidak juga disalib oleh orang-orang Yahudi dan Romawi itu, melainkan diangkat kepada-Nya.
Sekarang, kemanakah 'Isa al-Masih ini diangkat oleh
Allah ?
Adakah beliau diangkat kelangit dan duduk bersanding dengan Allah seperti pemahaman umat Nasrani serta seperti kebanyakan pemahaman Islam ?
Atau pula diangkat derajatnya dan diperintahkan Allah kepada al-Masih itu mengembara untuk mencari suku-suku yang hilang dari Bani Israil ditempat lain sebagaimana pemahaman beberapa golongan didalam Islam ?
Adakah beliau diangkat kelangit dan duduk bersanding dengan Allah seperti pemahaman umat Nasrani serta seperti kebanyakan pemahaman Islam ?
Atau pula diangkat derajatnya dan diperintahkan Allah kepada al-Masih itu mengembara untuk mencari suku-suku yang hilang dari Bani Israil ditempat lain sebagaimana pemahaman beberapa golongan didalam Islam ?
Dari beberapa Hadist yang Shahih, kita dapati satu
pernyataan bahwa Nabi 'Isa akan kembali turun pada saat dunia menjelang kiamat
nanti, dikatakan bahwa pada saat itu beliau akan mematahkan palang salib,
membunuh babi serta mengadakan perlawanan terhadap Dajjal yang mengaku-aku
dirinya sebagai Tuhan.
Banyak sekali pendapat para ulama dan ahli tafsir
mengemukakan pendapat mereka berkenaan dengan masalah ini, baik itu mereka yang
mengatakan bahwa 'Isa al-Masih akan turun kebumi secara nyata dari
pengangkatannya kelangit pada peristiwa Golgotta hingga mereka yang menganggap
bahwa peristiwa turunnya Isa Almasih didalam Hadist tersebut tidak terjadi
secara kongkret alias kiasan saja.
Namun terlepas dari seluruh penafsiran dan pendapat
manusia diatas, al-Qur'an secara jelas menceritakan bahwa Nabi 'Isa al-Masih dan
Maryam ibu kandungnya ini telah diselamatkan Allah kesatu tempat yang aman dan
bagus, sebagaimana firman Allah berikut ini :
Waja'alna 'ibna maryama wa'ummahu; ayataw wa awayna huma ila robwatin zati qororiwwama'in
Kami jadikan putra Maryam dan ibunya satu bukti yang nyata dan Kami melindungi keduanya ditempat tinggi yang rata dan bermata air. (Qs. 23:50)
Tentunya kita tidak bisa berkutat didalam pemahaman
lama yang mungkin saja bisa salah, akan tetapi demi objektivitas, mari sekarang
kita coba untuk mengikuti dahulu pendapat dari sebagian kaum Islam yang
menyatakan bahwa 'Isa al-Masih masih hidup dilangit saat ini dengan kajian yang
berdasar pada ilmu pengetahuan Modern.
Ada satu hal yang baik yang bisa kita simpulkan dari
pendapat ini yang tidak menutup kemungkinan dalam kacamata apapun, bahwa Nabi
'Isa Almasih beserta ibunya hingga hari ini masih ada dan hidup dengan
perlindungan Allah disuatu tempat diluar bumi.
Memang Allah tidak pernah menjelaskan lebih lanjut
dalam al-Qur'an dan juga Nabi Muhammad Saw tidak pernah bersabda apa, dimana dan
bagaimana Allah Swt mengangkat Nabi 'Isa al-Masih setelah proses penyaliban yang
disamarkan itu, hingga tahu-tahu kita mendapati keterangan bahwa Allah
melindungi Nabi Isa dan ibunya pada surah 23:50 disertai banyaknya Hadist Shahih
yang menerangkan akan kedatangan beliau lagi untuk yang kedua kalinya.
Pada pembahasan mengenai Buraq sebagai kendaraan inter
dimensi, kita sudah berbicara perihal kendaraan Buraq itu sendiri, Mi'raj
Rasulullah Muhammad Saw bersama malaikat Jibril hingga pada masalah ruang dan
waktu yang mereka tempuh dengan perbandingan waktu para malaikat untuk sampai
pada Tuhan-Nya dengan waktu manusia bumi dan kecepatannya.
Untuk menjelaskan masalah kemungkinan 'Isa al-Masih dan
ibunya masih tetap 'Exist' disuatu tempat yang tinggi diluar bumi (-mungkin
planet Muntaha sebagai planet terjauh dan tertinggi yang ada Jannah sebagai
tempat tinggal yang subur dan berkecukupan ?) kita coba adakan pemahaman dengan
postulat-postulat Einstein yang pada akhirnya melahirkan rumusannya yang
legendaris :
E = MC2
Dimana :
E merupakan energi
M adalah massa
C adalah kecepatan cahaya (9 x 108 m/s)
E merupakan energi
M adalah massa
C adalah kecepatan cahaya (9 x 108 m/s)
Disini terlihat adanya hubungan antara dimensi energi
(E) dengan dimensi massa (M).
Postulat diatas tidak merubah atau bertentangan dengan prinsip kesetimbangan massa/materi walaupun mengalami perubahan bentuk - jadi bukan hanya energi saja yang tetap setelah terjadi transformasi.
Postulat diatas tidak merubah atau bertentangan dengan prinsip kesetimbangan massa/materi walaupun mengalami perubahan bentuk - jadi bukan hanya energi saja yang tetap setelah terjadi transformasi.
Pada pelajaran Fisika SMA ada bab-bab yang menjelaskan
masalah metafisika antara lain tentang dimensi-dimensi yang dikenal manusia
beserta tingkatannya. Tingkatan yang tinggi berkuasa atas tingkat yang lebih
rendah dan memiliki semua unsur-unsur dimensi dibawahnya. Sebaliknya dimensi
yang lebih rendah hanya mampu merasakan apa yang ada di dimensi yang lebih
tinggi serta tunduk pada 'aturan main' yang diberlakukan oleh dimensi yang lebih
tinggi tersebut.
Seorang ilmuwan bernama Al Bielek, dalam 'MUFON
CONFERENCE' January 13, 1990 berkaitan dengan suatu proyek rahasia pemerintah
USA yang diberi nama Philadelphia Experiment berpendapat
:
.....We're not living in a three dimensional universe. We're living in a five dimensional universe. The fourth and fifth dimensions are TIME. The fourth time dimension of course has been well alluded to as outlined by Einstein and others. The fifth dimensional concept actaully goes back to 1931, to P.D.Aspinski and his book "Tertium Organum", a new model of the universe, in English. And he spoke of the five dimensions of our reality. He named the fourth as time; he never really got around to naming the fifth. But von Neumann realized, as it is known today by some physicists, hat thefifth dimension is also time; it is a spinnor, a vector, rotating around the first primary vector which indicates the flow and direction of time. The flow is immaterial.We say that we are moving forward in time, that's because of our looking at it, and our reference. We don't sense time but it does flow at a fairly stable rate. And this other vector running around it is of no concern to us... normally.
Terlepas dari benar tidaknya pendapat tersebut, kita
cuma bisa berteori ria.
Sekarang kita kembali pada urutan tingkatan dari dimensi itu yaitu :
Sekarang kita kembali pada urutan tingkatan dari dimensi itu yaitu :
-
Dimensi satu yaitu titik
-
Dimensi dua yaitu bidang dan luas serta jarak/ukuran (kumpulan unsur titik)
-
Dimensi tiga yaitu bentuk - dimana manusia berada (kumpulan unsur bidang, luas dan jarak/ukuran)
-
Dimensi empat yaitu ruang dan waktu - manusia bisa merasakan namun tunduk pada aturan penempatan ruang dan peluruhan oleh waktu - dimensi energi - semestinya memiliki seluruh unsur dimensi dibawahnya, termasuk diantaranya memiliki jasad - yang mungkin karena tidak diperlukan bisa saja ditanggalkan sebagaimana kita melepas baju.
Misalnya manusia hanya bisa menempati ruang namun tidak
berkuasa atas ruang (alam semesta) serta luruh oleh waktu. Sedang dimensi energi
tidak terpengaruh waktu (kekal) namun manusia tidak dapat menjangkau dimensi
energi karena terhalang oleh dimensi ruang dan waktu sehingga seolah-olah energi
yang berubah bentuk mengalami proses 'menghilang' tertelan waktu. Seandainya
manusia berada di atas dimensi ruang dan waktu niscaya ia akan dapat melihat
wujud energi yang sesungguhnya.
Namun dimensi yang lebih rendah mampu bertransformasi
ke dimensi yang lebih tinggi karena suatu sebab, daya upaya dan campur tangan
dimensi yang lebih tinggi. Misalnya : titik dapat berubah menjadi bidang apabila
dia berkumpul (daya upaya) dan bidang dapat menjadi bentuk apabila ada manusia
yang membuatnya (campur tangan).
Sehingga bila manusia mau berupaya maka ia akan mampu
memasuki dimensi yang lebih tinggi sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur'an
Surah ar-Rahmaan 55:33 atau kemungkinan lainnya adalah melibatkan campur
tangan dari dimensi yang lebih tinggi baik oleh inisiatif manusia maupun
inisiatif penghuni dimensi yang lebih tinggi sendiri yang dalam hal ini Allah
Swt sebagaimana peristiwa Mi'raj Rasulullah Muhammad Saw dengan kendaraan
Buraqnya dan mungkin pula pada kasus 'Isa al-Masih dan ibunya yang diangkat oleh
Allah lengkap dengan jasad mereka dan diberikan perlindungan.
Perlindungan Allah pada surah 23:50 ini sudah tentu
merupakan perlindungan total dari segala hal yang dapat menimpa diri Isa dan
ibunya.
Mari kita ulangi lagi ayat 23:50 tadi dengan lebih
teliti :
Waja'alna 'ibna maryama wa'ummahu; ayataw wa awayna huma ila robwatin zati qororiwwama'in
Kami jadikan putra Maryam dan ibunya satu bukti yang nyata dan Kami melindungi keduanya ditempat tinggi yang rata dan bermata air. (Qs. 23:50)
Tidak mungkinkah yang dimaksud dengan tempat tinggi
yang rata itu sebagai suatu dimensi tertinggi yaitu energi dimana semua urusan
tempat (ruang - di bumi atau langit - alam semesta raya), jarak dan apalagi
waktu tidaklah ada artinya alias datar. Sehingga biarpun Nabi Isa tetap hidup
sampai menjelang kiamat tidak ada pengaruhnya terhadap beliau karena waktu hanya
berpengaruh bagi kita di dimensi tiga ini sehingga jarak waktu satu jam saja
terasa lama sedang mungkin bagi Rasulullah Muhammad Saw, Jibril dan Nabi Isa
Almasih perjalanan waktu itu amatlah singkat !
Kita pernah membahas secara matematis perihal
kecepatan waktu malaikat Jibril yang mengemban amanah wahyu dari Allah untuk
diteruskan kepada hambaNya dibumi pada artikel Buraq sebagai kendaraan inter
dimensi
Masalah kemudian Nabi 'Isa al-Masih 'diturunkan'
kembali ke dimensi manusia adalah 'campur tangan' yang sangat mudah bagi Allah
yang tentu berada dalam tingkatan diatas semua dimensi ! Semudah manusia 'campur
tangan' terhadap gambar bidang (dimensi dua) yang kita hapus menjadi titik
(dimensi satu). Dan kita (manusia) tidak akan terpengaruh apapun yang terjadi
dalam gambar bidang tersebut.
"Tetapi aku mengatakan ini yang benar kepadamu, bahwa berfaedahlah bagi kamu jikalau aku ini pergi, karena jikalau aku tidak pergi, tiadalah "Paraclete" itu akan datang kepadamu; tetapi jika aku pergi, aku akan memintakannya untukmu. Dan bilamana dia sudah datang, dia akan menerangkan kepada isi dunia ini mengenai dosa dan keadilan serta hukuman dari dosa, sebab mereka tidak mempercayaiku."(Yohanes 16:7-9)"Dan tatkala 'Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad." (QS. ash-Shaff 61:6)Demi dzat yang jiwaku dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscayalah sudah amat dekat sekali saat turunnya 'Isa putera Maryam dikalangan engkau semua ..." (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dalam keterangan-keterangan diatas bisa kita ambil satu
kesimpulan bahwa baik 'Isa al-Masih anak Maryam didalam berkata pada Johanes
16:7 dan alQur'an surah 61:6 maupun Rasulullah Saw sendiri pada hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim telah menggunakan perhitungan waktu luar
bumi atau waktunya Allah Swt didalam menjelaskan kedatangan masing-masing.
Pada Johannes 16:7 serta paralel dengan QS. 61:6 Jesus
alias 'Isa al-Masih telah menjelaskan bahwa sang Paraclete alias Ahmad akan
datang setelah 'Isa al-Masih pergi.
Kita semua tahu bahwa sang Paraclte alias Ahmad itu
sendiri baru tiba atau dilahirkan sekitar 6 abad setelah kepergian Isa Almasih,
yaitu pada 12 Rabi'ul awal tahun gajah bertepatan dengan bulan Agustus 570
Masehi dikota Mekkah Almukarromah dari keturunan Nabi Ismail putra pertama Nabi
Ibrahim as.
Sebegitu lama jarak mereka berdua tersebut, meskipun
Isa berkata bahwa setelah kepergiannya akan dilahirkan sang Rasul, namun
kenyataannya tidak terjadi begitu saja, dengan kata lain tidak terjadi dalam
jangka pendek hitungan manusia, tetapi mempergunakan hitungan luar bumi atau
hitungan perjalanan malaikat, dimana 1 harinya malaikat = 50 ribu tahun
manusia (QS. 70:4) atau malah juga mempergunakan waktunya Allah, bahwa 1 hari
Allah adalah 1000 tahun manusia (QS. 22:47)
Bertolak dari sini pulalah, tentunya nubuatan Nabi Saw
akan turunnya kembali 'Isa al-Masih untuk kedua kalinya sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim belumlah terjadi dalam jangka pendek
hitungan manusia, namun akan terjadi nanti, menjelang kiamat yang waktu pastinya
hanyalah Allah Swt yang tahu.
Sebagian dari kaum Islam yang meyakini akan masih
adanya kehidupan dari putera Maryam disalah satu planet diluar bumi ini juga
mempergunakan dalil dari ayat al-Qur'an dibawah ini :
Dan sesungguhnya Ia itu /Isa/ merupakan satu tanda bagi kiamat /Sa'ah/. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu padanya ikutilah Aku. Ini satu jalan yang lurus. (Qs. 43:61)
Surah 43:61 diatas bisa dan biasa pula diartikan
orang dengan : Dan sesungguhnya Isa itu
benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. dst akan tetapi ada beberapa bantahan yang dikemukakan sebagian ulama
Islam dengan tafsiran ini.
Dalam ayat aslinya dinyatakan :
Wa innahu la'ilmullisa'ati falatamtarunna biha wattabi'un; Haza shirothum mustaqim
Dia itu merupakan ilmu bagi Sa'ah /Innahu
la'ilmullisa'ah/, sebagian ulama menterjemahkan kata "ilmu" disana dengan
kata 'Tanda' bukan dengan terjemahan "mempunyai pengetahuan
sebagaimana tafsiran dari sebagian ulama Islam yang lain.
Alasan yang dikemukakan menurut mereka jelas sekali
dinyatakan didalam alQur'an bahwa masalah Sa'ah /waktu kehancuran total yang
ditentukan/, Yaumul Hasrah /hari penyesalan/, Yaumul Muhasabah /hari
perhitungan/, Yaumul Wazn /hari pertimbangan/ dan sejumlah nama lain yang
kesemuanya menunjukkan mengenai kiamat yang akan terjadi hanyalah Allah saja
yang mengetahuinya, tidak ada satupun makhluk yang tahu, siapapun dia adanya,
baik Isa Almasih, Muhammad Saw maupun Jibril sebagai kepala malaikat.
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Kapankah datangnya ?". Katakanlah:"Hanya disisi Tuhankulah pengetahuan /ilmu/ tentangnya; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. ia /Kiamat/ itu amat dahsyat untuk langit dan bumi. Dia tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu /pengetahuan/ tentangnya ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Qs. 7:187)
Ulama-ulama Islam ini juga menekankan adalah akan
sangat bertentangan sekali jika menafsirkan ayat 43:61 dengan mengatakan
bahwa 'Isa al-Masih mempunyai pengetahuan mengenai hari kiamat dengan ayat
7:187 diatas.
Selain itu, para ulama yang berpaham ini juga memiliki
argumen lain dari dalam al-Qur'an :
Dan tidak ada dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya sebelum matinya.
Dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi terhadap mereka. (Qs. 4:159)
Pada ayat diatas Allah sudah menggambarkan, bahwa tidak
akan ada seorangpun dari Ahli kitab, yaitu orang-orang Kristen, Yahudi dan
berbagai umat lainnya yang pernah didatangkan Rasul dan petunjuk-Nya /kitab/
kepada mereka oleh Allah akan berbalik mengimani kenabian 'Isa al-Masih yang
turun untuk kedua kalinya tetapi dengan misi universal sebagai pengikut ajaran
Muhammad Saw dan meluruskan penyimpangan terhadap ajaran yang dulu dia bawa
kepada umatnya, bangsa Yahudi menjelang kiamat kelak sebagai bukti dari janji
Allah pada surah 9:33
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (Qs. 9:33)
Surah 4:159 diatas itu menurut ulama-ulama Islam ini
belumlah terbukti, karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada saat
'mangkat' atau kepergian Nabi 'Isa putera Maryam, umatnya sebagai ahli kitab
dari jaman Musa hingga pada Injil yang ia emban tidak semuanya mengimaninya
bahkan dia sendiri nyaris terbunuh dan disalibkan jika saja tidak datang
pertolongan Allah yang Maha Perkasa dan Bijaksana.
Hal ini sekaligus bisa membantah akan dakwah kenabian
Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku-aku sebagai titisan Nabi Isa dan titisan semua
Nabi termasuk Rasulullah Muhammad Saw, dengan melihat kenyataan, jangankan para
ahli kitab akan berbalik menjadi beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad sebelum
kematiannya, bahkan setelah kematian Nabi palsu ini semakin banyak saja ahli
kitab, padahal menurut ayat 4:159 itu sendiri bahwa sebelum kematian Nabi 'Isa
yang sebenarnya, semua ahli kitab akan beriman kepadanya yang juga merupakan
refleksi dari Hadist Rasul yang mengatakan bahwa pada saat turunnya nanti, 'Isa
al-Masih akan menghancurkan palang salib.
Dan jika al-Masih 'Isa putera Maryam memang masih hidup
disalah satu planet diluar bumi dan akan turun kembali dalam bentuk dan jasad
aslinya, sekarang timbul lagi pertanyaan bahwa berarti Muhammad bukan Nabi
terakhir, lantas bagaimana dengan konsep Muhammad sebagai Khataman
Nabiyyin ?
Jawabannya adalah :
Secara urutan, Muhammad Saw lah Nabi terakhir yang diangkat.
'Isa al-Masih putera Maryam adalah Nabi sebelum Muhammad Saw, jadi "surat pengangkatannya" umurnya lebih tua dari Muhammad Saw. Pun pada saat beliau datang kembali, beliau tidak akan membawa ajaran-akidah baru. Sementara 'khataman nabiyyin' lebih mengacu kepada Nabi yang terakhir 'dinobatkan' dan Nabi paling mulia dari segala Nabi Allah.
Secara urutan, Muhammad Saw lah Nabi terakhir yang diangkat.
'Isa al-Masih putera Maryam adalah Nabi sebelum Muhammad Saw, jadi "surat pengangkatannya" umurnya lebih tua dari Muhammad Saw. Pun pada saat beliau datang kembali, beliau tidak akan membawa ajaran-akidah baru. Sementara 'khataman nabiyyin' lebih mengacu kepada Nabi yang terakhir 'dinobatkan' dan Nabi paling mulia dari segala Nabi Allah.
Kita masih akan tetap melanjutkan pembahasan mengenai
tersalibnya 'Isa al-Masih putra Maryam ini pada artikel
Pengkhianatan Yudas dan Penyaliban 'Isa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar